Terungkap! Mengapa Jurgen Klopp Menolak Manchester United Saat Didekati 2013
2025-10-21 06:39:12 By Ziga

Mantan manajer Liverpool, Jurgen Klopp, membagikan kisah mengejutkan seputar titik balik penting dalam karier kepelatihannya. Dalam sebuah wawancara eksklusif di Diary of a CEO Podcast, pelatih asal Jerman itu mengungkap bahwa dirinya sempat mendapat tawaran melatih Manchester United pada tahun 2013—tepat setelah pensiunnya Sir Alex Ferguson.
Namun, yang mengejutkan, Klopp memutuskan untuk menolak kesempatan besar itu. Bukan karena kurangnya ambisi atau daya tarik klub, tetapi karena visi yang ditawarkan Manchester United saat itu dinilai tidak sejalan dengan filosofi sepak bolanya.
"Mereka memang menghubungi saya setelah Sir Alex pensiun," ujar Klopp.
"Saya tahu itu adalah kesempatan besar. Tapi sejak awal, saya merasa proyek yang ditawarkan bukan untuk saya."
Saat itu, Klopp masih menangani Borussia Dortmund—tim yang ia bentuk dengan karakter kuat, kerja kolektif, dan semangat tanpa kompromi. Menurutnya, meninggalkan Dortmund saat masih dalam masa kejayaan bukan keputusan yang tepat, terlebih ketika proyek baru di Inggris belum benar-benar mencerminkan apa yang ia inginkan sebagai pelatih.
Dalam perbincangan tersebut, Klopp menekankan bahwa faktor waktu dan kesesuaian visi adalah dua alasan utama yang membuatnya mundur dari pembicaraan dengan Manchester United. Ia merasa belum saatnya hengkang dari Bundesliga karena masih memiliki ambisi yang belum tuntas bersama tim Jerman tersebut.
"Saya masih muda, punya skuad yang luar biasa di Dortmund. Saya pikir, ‘Mengapa harus pindah sekarang?’" jelas Klopp.
"Saya paham mereka ingin membangun kembali tim setelah era Ferguson, tapi pendekatan mereka bukan sesuatu yang bisa saya jalani."
Lebih lanjut, Klopp juga menyentil strategi transfer Manchester United kala itu, yang menurutnya terlalu berfokus pada mengumpulkan para pemain bintang, alih-alih membentuk tim yang solid berdasarkan filosofi pelatih. Ia menilai, memboyong nama besar seperti Paul Pogba atau Cristiano Ronaldo tanpa struktur tim yang tepat bukan jaminan keberhasilan.
“Mereka punya mentalitas: ‘Kami bisa dapat siapa saja yang kami mau.’ Tapi buat saya, membangun tim bukan tentang itu,” katanya.
“Saat Anda mulai hanya fokus pada nama besar, tanpa fondasi yang kuat, maka proyek itu tidak akan bertahan lama.”
Bagi Klopp, proyek yang baik dimulai dari perencanaan jangka panjang, membangun kultur, dan memberi ruang bagi pertumbuhan pemain. Ia merasa bahwa pendekatan United saat itu terlalu instan dan tidak memberinya ruang untuk menciptakan tim dengan identitas kuat.
“Saya tidak ingin terlibat dalam proyek yang bukan milik saya. Saya lebih baik menunggu kesempatan yang sesuai dengan nilai-nilai saya,” ucapnya tegas.
Keputusan untuk tetap bersama Dortmund terbukti tepat. Ia sukses membawa tim itu bersaing di Eropa dan meraih berbagai gelar domestik. Dan ketika akhirnya memutuskan pindah ke Inggris beberapa tahun kemudian, Klopp memilih Liverpool—klub yang memberinya kebebasan penuh untuk membangun proyek jangka panjang dari awal.
Hasilnya? Klopp sukses mengakhiri puasa gelar Liverpool di Premier League, memenangkan Liga Champions, dan membangun skuad yang dikenang sebagai salah satu tim terbaik dalam sejarah klub.
“Saya percaya, kesuksesan sejati datang ketika Anda bisa setia pada prinsip sendiri,” kata Klopp menutup kisahnya.
Kini, kisah soal tawaran dari Manchester United menjadi bagian menarik dari perjalanan karier Klopp—sebuah momen di mana ia memilih jalan yang lebih sulit, namun pada akhirnya membawanya ke puncak kejayaan dengan cara yang paling ia yakini.
Sedang Tayang